Kabupaten Bandung berdiri pada tanggal 20 April 1641 Masehi atau 9 Muharam tahun alif melalui Piagam Sultan Agung Mataram, sesuai dengan Surat Keputusan No.10/kpts/SDPRD/1973 Tentang Penetapan Kabupaten Bandung. Dari bukti tersebut maka ditetapkan, 20 April sebagai Hari Jadi Kabupaten Bandung.
Bupati pertamanya adalah Tumenggung Wiraangun Angun (1641-1681 M). Beribukota di daerah Karapyak, sekarang bernama Desa Citeureup Kecamatan Dayeuhkolot, tidak jauh dari aliran sungai Citarum.
Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung pada awal pertama berdiri meliputi daerah Tatar Ukur (Timbanganten, Gandasoli, Adiarsa, Cabangbungbin, Banjaran, Cipeujeuh, Majalaya, Cisondari, Rongga, Kopo dan Ujungberung) ditambah daerah Kuripan, Sagalaherang dan sebagian Tanahmedang.
Dalam perkembangannya, wilayah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengalami pemekaran dengan keluarnya Undang-undang (UU) Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Cimahi. Dan pada tahun 2007, terjadi pula pemekaran daerah dengan terbitnya UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Dengan keluarnya peraturan-peraturan itu, jumlah di kecamatan di Kabupaten Bandung yang semula berjumlah 45 kecamatan menjadi 30 kecamatan. Namun jumlah itu pada tahun 2008 bertambah menjadi 31 kecamatan, sehubungan adanya pemekaran Kecamatan Banjaran terbagi dua dengan Kecamatan Cangkuang.
Pada 20 April 2019 mendatang, usia Kabupaten Bandung tepat 378 tahun. Tema yang diusung pada tahun 2019 ini adalah Sabilulungan Ngaraksa Kertaraharja, Bandung 1.000 Kampung, Raksa Desa, Ngajaga Bumi Bakti Ka Lemah Cai”.
Sabilulungan Ngaraksa Kertaraharja bermakna menjaga, memelihara, dan menumbuhkembangkan kebersamaan pemahaman, komitmen dan gerak langkah seluruh komponen daerah dalam memelihara hasil pembangunan dan meningkatkan kualitas hasil pembangunan untuk kemakmuran masyarakat Kabupaten Bandung.
Sementara Bandung 1.000 Kampung itu sendiri merupakan program Pemkab Bandung dalam membangun dan menata 1.000 kampung di seluruh wilayah Kabupaten Bandung, yang fokus pada grand desain pembangunan berbasis kampung dengan penataan ruang yang lebih baik.*
Sedangkan Raksa Desa, dapat dimaknai bahwa desa sebagai lini pemerintahan yang paling terdekat dengan masyarakat, harus bisa menjaga keberlangsungan kehidupan warganya. Diantaranya dengan menjaga ketersediaan rumah yang layak, air bersih yang melimpah, kakus yang sehat, bisa mengelola sampah dengan benar yang pada akhirnya dapat menjaga dan melestarikan alam lingkungan sekitarnya.
"Ngajaga Bumi Bakti Ka Lemah Cai, memiliki makna bahwa selaku manusia harus menjaga alam kita sebagai bagian dari ibadah manusia kepada sang pencipta," ucap Bupati Bandung Dadang M. Naser, SH, S.IP, M.Ip, di rumah jabatannya di Soreang, Rabu (4/04).
Tema tersebut ujar Bupati Dadang Naser, mengintegrasikan lima misi pembangunan yang diembannya saat ini yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya saing, meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar terpadu dengan tata ruang wilayah, meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
Makna hari jadi itu sendiri, bagi Bupati merupakan ungkapan rasa syukur dari seluruh warga Kabupaten Bandung. Terkhusus bagi pemangku kepentingan pembangunan, bisa dijadikan moment untuk mereflesikan kembali perjalanan agenda pembangunan daerah dengan berbagai dinamika yang dihadapi.
"Hari jadi bisa dijadikan momentum penting untuk kita semua untuk melakukan instropeksi penting, evaluasi terhadap keberhasilan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung, dan terus berupaya berperan aktif dan memberikan karya nyata agar pembangunan di Kabupaten Bandung bisa lebih terasa manfaatnya oleh seluruh warga Kabupaten Bandung," ujar bupati.
Dalam kesempatan itu Dadang Naser menjelaskan bahwa dari lima misinya, peningkatan kualitas lingkungan hidup masih berat jika hanya dilakukan oleh pemerintah daerah. Seperti persoalan sampah dan lahan kritis. Perlu kerja sama semua pihak, termasuk masyarakat.
"Dalam pembangunan lingkungan, masyarakatpun harus bisa menempatkan diri sebagai subjek pembangunan," tandasnya.
Tanpa mengesampingkan misi pembangunan lainnya, Dadang menjelaskan bahwa di tahun 2019 ini pihaknya tengah fokus untuk "Beberes Lingkungan". Kegiatan "Beberes Lingkungan" ini menjadi salah satu perwujudan dari berbagai program berbasis lingkungan yang sudah diluncurkan.
"Sebagian besar program yang dibuat melibatkan peran dan memberdayakan masyarakat Sebut saja Sabilulungan Hiji Duwa (Sajiwa), yakni sebuah program yang mengintegrasikan Sabilulungan Tanam Pohon Kesayangan (SATAPOK) dan Program Lubang Cerdas Organik (LCO) atau Lubang Resapan Biopori (LRB)," ujar Dadang
Dalam program ini, kata Dadang masyarakat ikut berperan. Setiap orang harus menanam dua pohon, dan setiap rumah harus membuat dua LCO atau LRB. Melalui program ini Ia berharap masyarakat ikut erperan dan membantu pemerintah daerah dalam pengurangan sampah, mengatasi bajir dan persoalan lahan kritis serta turut mendukung Program Citarum Harum yang diinisiasi pemerintah pusat.
Menyikapi kondisi alam yang saat ini semakin rusak, maka kata orang nomor 1 di Kabupaten Bandung ini, pemilihan tema hari jadi Kabupaten Bandung sejalan dengan program Pemkab Bandung di tahun ini untuk "Beberes Lingkungan".
"Mari berbakti pada Lemah Cai kita, yakni Kabupaten Bandung. Memperingati hari jadi, artinya membuka harapan baru untuk melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita dan menjadikan Kabupaten Bandung agar lebih baik lagi," pungkasnya.
Sumber : RMolJabar
Berikut adalah contoh Baligho (6 x 4 Meter ), Spanduk (5 x1 Meter) dan Umbul-umbul (1 x 3 meter) bisa didownload pada link-link berikut :
1. Baligho Spanduk Hari Jadi ke-378 Download Link
2. Spanduk Hari Jadi ke-378 Download Link
3. Umbul-Umbul hari jadi ke-378 Download Link